Merupa dalam gelas buat seminarnya Hida





Kawan guwe, menjelang seminar hasil. Berbeda dengan Fakultas Peternakan yang hanya mengadakan Ujian Proposal, Fakultas Teknik mewajibkan adanya Seminar Hasil, eniwey dia kuliah di jurusan Teknik Informatika. Hidut ini kawan seperjuangan guwe, idup bersama bertaun-taun hingga membuat dia mengerti bahwa guwe manusia yang benar-benar berkebalikan sama dia. Mungkin itu juga yang bikin kita cocok :p.

Karena kita satu angkatan, maka fase skripsi kita hampir sama. Kali ini dia harus segera mengejar seminar hasilnya demi lulus september. Ya, september adalah batas terakhir kita dibilang kuliah secara ‘normal’ di kampus, lebih dari itu kesannya seperti bakal dikatain ‘ngaret’. Walo faktanya banyak yang lebih karena berbagai faktor yang tak bisa dipukul rata.

Seminar itu identik dengan namanya souvenir. Entah dengan Universitas lainnya, tapi
di Universitas Jenderal Soedirman sendiri, seminar sendiri sudah diasosiasikan dengan Souvenir, atau Voucher makan. Guwe sendiri berkat rajin menghadiri seminar kawan guwe di Fakultas Peternakan *fyi aja ya, kawan seangkatan guwe ada sekitar 290an orang yang terbagi dalam 3 kelas.* (Ya, am understand, sometimes it feels like “Tabligh Akbar” ketimbang kuliah biasa), kini lemari terlihat nggak lebih dari tempat pameran gelas dan macam-macam souvenir 'gelas' lainnya.

Souvenir-souvenir itu entah mengapa seringkali setipe, kadang sama persis, hanya beda tinta dan nama pemateri. Kadang kalo liat jejeran gelas di kamar yang merupakan hasil menghadiri seminar, suka kepikiran buat jadi tukang jual gelas dadakan. Tak ada yang mengerti mengapa mayoritas dari kami memilih menggunakan gelas sebagai souvenir seminar. Meski ada beberapa yang memilih bersikap beda. Sikap beda itu kadang bermanfaat, kadang membingungkan. Dulu kakak kelas ada yang memberi boneka kelinci, ukurannya kecil dan sangat unyu. Arif, yang juga kawan satu posko KKN membagi kipas super besar *believe me, it absolutely useful, kipasnya bisa langsung dilebarin dengan ukurannya yang ekstra bisa bikin hembusan angin super kenceng. Ada pula yang entah mengapa membagi boneka bebek warna kuning yang biasa dimaenin anak kecil pas lagi mandi. Selain itu yang paling umum adalah makanan. Entah itu berupa snack, roti, lemper, risoles, bakwan, tahu, dst. Atau nasi dus berisi ayam tepung dan nasi, kadang pula hanya lembaran voucher makan. Ini terjadi pada mahasiswa yang males kerja ribet. Atau paling tidak itu persepsi guwe, maka dari itu pas akhirnya berkesempatan seminar guwe memilih bagi-bagi voucher makan.

Hidut pengen souvenirnya berbeda. Awalnya dia berniat bikin mug dengan desain berbeda ke digital printing, lalu karena ia shock dengan fee-nya, akhirnya she decided to made it by herself. Then she asked help from me. So here we are. Trying to make something new, without any experience.

Kemudian dia ditemani guwe berkelana mencari alat dan bahan, yang berupa beberapa gelas mug polos, kemudian alat lukis, cat akrilik dan kuas kecil. *this is the first time of my life i try to paint using brush*. Kemudian pertarungan kami dimulai. Diawali dengan sedikit kira-kira, sketching di gelas dengan pensil, dan mulai mewarnai. *it is not easy, particularly me, cus i have to be patient, to be detailed, and use my soft feeling.* Aaghh... hate that wrinkle moment, but i love my first time sense with painting. It was pleased me so much.
So here our creation (pics taken by Samsung Android Wonder) :

 
 trying to painting rely on my sense.

Our main weapon for this battle, Acrylic colour :)

 A little chaotic inside her room

Some Final Result *look messy but am proud a can do this*.

so thats all for today, have a sweet dream :).



0 komentar:

Posting Komentar

leave your footprint here ;)