Membicarakan kehidupan : Ours


Bagi manusia autis semacam guwe, hidup dalam satu aturan baku sepanjang hari adalah The Great Nightmare dan diharapkan tak pernah terjadi. Guwe tak suka begitu terikat oleh suatu aturan, tak berarti guwe adalah anak rebel yang suka nongkrong di pinggir jalan pake kaus item-item, rambut dicet merah, terus gedokin rumah orang dan minta-minta duit. Ga sampe level itu juga, tapi ternyata, guwe sadar kalo guwe bukan orang yang nyaman dengan berbagai peraturan.
Sepertinya ini terjadi akibat idup guwe yang selama ini Nomaden, sedang rumah guwe ga lebih dari sebuah negeri dimana apapun dapat terjadi dengan mudahnya, segalanya yang semrawut dapat didefinisikan sebagai rumah guwe. Tak ada peraturan baku di rumah guwe, tak ada istilah tak boleh pulang terlalu malem, karena kalau di rumah guwe ga pernah keluar kemana-mana. Tak ada peraturan harus bangun pagi karena semua orang rumah berperangai bangkai, alias hobi tidur.

Dulu guwe pikir itu cukup. Guwe cukup tahu kalo guwe adalah manusia semrawut macam itu, yang punya attitude super buruk, tatakrama di bawah anak SD, dan tak terlalu peduli akan kodratnya sebagai perempuan. Semua teman lelaki guwe sudah cukup tahu akan tabiat mengerikan guwe semacam duduk ngangkang ato makan dengan sebelah kaki nangkring di atas kursi macam kuli. I didnt hope they amaze with it, i just wanna know, who i am, and i dont pretend anything in front of them. This is me. like this.

Bukan berharap mereka terkesan akan guwe yang berbeda, guwe pikir manusia akan lebih nyaman berteman dengan manusia lain yang bersikap apa adanya, and i try to apply it. Guwe ga pernah berupaya untuk terlihat feminin disetiap saat, karena guwe tahu itu bukan guwe, guwe juga ga suka ketawa ditahan-tahan karena itu bukan guwe. And i think it's better for them to know i am at the first time, rather than in the end, they'll know the real me, know i am pretending, and dissapointed with it.

Including with people i love most. I mean disaat guwe mulai "terjatuh" dan "tersesat" dalam hati seseorang, guwe selalu berusaha membuat mereka tahu siapa guwe sesungguhnya. Kebanyakan berhasil. Terutama buat mereka yang nampak berharap guwe seperti apa yang diharapkan di benaknya. Guwe jatuhkan harapannya, dan selesailah semua. Simpel.

Namun ternyata guwe mengalami saat dimana guwe nggak bisa ngontrol segalanya, ada saat dimana guwe berusaha nampak baik dan terlihat sempurna di matanya. Bahkan disaat kita tak sedekat itu. And i dont really understand why.

Seperti fakta kalo guwe hobi makan, dan porsi makan guwe ga jauh beda sama kuli bangunan. But, entah kenapa, ada masa dimana mendadak habbit itu mendadak hilang, dan nafsu makan guwe terhenti begitu saja.  And it's doesn't look like me. Itu adalah orang lain!.

Guwe ga suka saat guwe mengalami masa itu, masa yang guwe katakan sebagai masa "pretending". Dana kenapa guwe selalu berusaha tetap seperti itu saat kami bertemu lagi, padahal beberapa jam sebelumnya guwe sudah beritikad akan bersikap apa adanya.

Kemudian, pada akhirnya am quit from it. Bahkan before we start anything, am leave it without say anything, and seems like we are on project to build some bridge, then am got some terrible though, then i quit. ditambah, he never ask or saying some words to me, any objection, or another complain. So i guess we were end.

Walaupun sesungguhnya rasanya seperti menelan duri ikan. Selalu mengganjal dan mengganggu, karena memang semua tak terselesaikan dengan rapi. But i can't fight for something i dont really understand about.

Lalu, entah dimana, sesaat yang lalu guwe baca kalimat :
"Cinta bukanlah sesuatu yang memaksamu untuk berubah. Cinta adalah ketika kamu secara sadar berusaha untuk berubah".

Then am stood still with  some though. Including ours.

Adakah yang salah? Bagian manakah yang berusaha, and which one that we are forcing with something??.

Guwe takut salah mendefinisikan pikiran guwe yang sesungguhnya, takut salah menerka, kemudian mengambil pilihan yang salah, dan pada akhirnya menyakiti banyak orang. Then, i choose to abandon it all.

Padahal, itupun tetap saja akhirnya akan melukai.

Masih panjang yang harus dilalui, termasuk fakta bahwa kita harus melanjutkan hidup, dan suatu saat akan hidup bersama dengan orang asing, sepanjang usia kita, hingga akhir hayat.

Bagaimana kita tahu that he's the right one?.
***

Pembicaraan malam hari setelah mimpi buruk.


0 komentar:

Posting Komentar

leave your footprint here ;)