Resolusi : Sebuah Doa di Awal Tahun 2018


Seumur begini aku ngga pernah bikin bikin macem Resolusi tahun ini, resolusi tahun onoh, dan seterusnya. As for me, tahun baru dan tahun lama tak ada bedanya. Beda itu kalau Idul Fitri, soalnya ada baju baru dan ada Opor Ayam plus ketupat di rumah bikinan mamah yang rasanya biasa saja tapi ngga tau kenapa selalu aku rindukan.

Sesungguhnya aku sendiri yang memang engga ada rasa pede-pede untuk menulis apalagi cerita-cerita apdet di sosial media soal resolusi, revolusi, atau apapun itu. I love to keep it secret. Dan i love to save it in quiet, jadi kalo engga ada yang achieve yang sudahlah, engga ada yang bakal komentar, atau ngebully dan ngata-ngatain gara-gara sok-sokan bikin resolusi rempong.

Tahun ini, kupikir perlu sekali bikin resolusi. Dan penting untuk diposting. Alasan utamanya karena berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun depan, aku nggak akan sendirian lagi (if you know what i mean). Ada banyak hal yang amat sangat perlu aku ubah, semacam hal-hal kecil namun perlu untuk diubah. Beside dengan memposting begini bakal bikin aku secara ngga sadar emang harus sadar diri untuk melaksanakan resolusi yang udah aku bikin.

And actually, resolusi akupun bukan resolusi berat tingkat dewa macam ‘Dapat Beasiswa S2 Oxford University’, atau ‘Jadi Brand Ambassador Wardah’. It’s just simple thing yang memang perlu aku ubah aja.

So here the list :

1.  Langsing






Hah. Resolusi yang sebenarnya di tahun-tahun sebelumnya menjadi unofficial resolusi, yang selalu aku gadang-gadang akan berhasil sama semua orang , tapi apadaya jiwaku memberontak kalau lihat gorengan nganggur. Aku ngga berdoa seslim Kendal Jenner.

Nooo. . .

But at least i’ve met with my ideal weight. That’s it.

Aku udah pernah ngalamin turun bobot badan, aku ngurangin makan junk food, ngilangin jam makan malam, dan ngga nyemil-nyemil.it happen di jaman skripsian, sekitar 3 tahun yang lalu. Rasanya mudah sekali untuk mencapainya. Sekarang?

No.

It’s kinda hard. Apakah karena faktor U?. Who knows. Yang jelas adalah perlemakanku semakin bertambah, dan waktu olahragapun makin berkurang.

2. Bangun Pagi





Am not a morning person.

Jinja.

In real definition.

Dalam kasus terparah aku sanggup tidur sampai lewat dzuhur, tanpa terbangun atau ngulet-ngulet dulu sama sekali. Benar-benar pulas. Or say it simply : Bangke. bukan karena apa-apa, ini juga disebabkan karena kebiasaan begadangku. Mata dan otakku memang bekerja lebih cepat di waktu tengah malam. Jadi ketemu jam dini hari sampe subuh itu jam-jam menyenangkan dengan mata yang makin melek. barulah ketika matahari mulai genit mengintip-intip, mataku yang mulai menutup manja minta bobo.

Dan ini, adalah habbit yang harus segera aku singkirkan. Karena selain dipandang buruk dari sisi kesehatan, agama, dan mata bapak-ibu mertua, bangun terlalu siang juga berdampak nggak baik pada kestabilan emosi aku. At least pengalamanku sih begitu.


3.  Belajar Masak


Aku ngga seblind itu dalam masak memasak. Bener deh, bikin sop atau dadar telur ngga sampe kegosongan koq. Tapi resolusi aku adalah a real cooking. Bikin masakan-masakan rumit dan kompleks macam soto, rendang, opor or even masak ayam bumbu kecap ala calon ibu mertua(ini definisi kompleks menurut aku pribadi loh yess, ojok pada protes ).  Berhubung visi misi aku sejak muda adalah menjadi istri yang bisa nyenengin perut suaminya, jadi aku berdoa semoga dalam tahap penyesuaian racikan bumbu-bumbu yang aku masak kelak, si mas engga mabok gegara aku masak kebanyakan garem.


4. Mulai Nulis Lagi



Ya menulis apapun. Entah artikel, review,atau tulisan-tulisan random. Aku vakum menulis beberapa bulan terakhir ini. Rasanya semacam berat kalau hendak menulis itu. Kaya ada beban yang tak kasat mata, padahal aku engga punya deadline apa apa loh ya.

Hanya saja, sekarang lebih banyak malas menguasai, baru sedikit ketik udah main HP lagi, scroll lagii sampe bawah, akhirnya nulisnya kepending lagi. Coba saja perhatikan, mayoritas manusia jaman now memang benaran sudah diperbudak gadget, semua mata terkunci ke smartphone masing-masing. Bad impactnya adalah bikin males ngerjain yang lain-lainnya. 

And i have to move up from it all. 


Bismillah menyambut tahun baru penuh dengan suka cita. 



2 komentar:

  1. Duh...dirimu sudah punya resolusi belajar masak! Lanjutkan! pasti kepake deh.ilmu memasak ini untuk menyenangkan suami dan anak kelak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahahaha makasihh mbaak, sedang diupayakaan inihh, kalau main ke tempat si akang juga sambil nempel2 ibu camer sekalian belajar masak masakan favorit anaknya (yang untungnya ngga rewel) hihihi
      makasih sudah visit mbaa

      Hapus

leave your footprint here ;)